Andi Muhaimin Al Amanah yang kerap dipanggil Imin, Lahir pada 5 Februari bapak dua anak ini
adalah seorang guru di salah satu sekolah menengah pertama yang ada di
bulukumba, tepatnya di Bontomanai, ia yang menyelesaikan studinya di UNISMU, pria yang berdomisili di bontomanai ini suka akan hal-hal yang baru dan penuh tantangan, pria yang berperawakan sederhana ini adalah salah satu orang yang penuh dengan inspirasi dan jiwa muda yang kuat. memiliki beberapa karya-karya sastra ini, diantaranya :
MONAS
Seperti kita melihat seluruh Jakarta
Dari puncak Monas ini
Sadarilah
Bahwa Allah lebih dari itu.
Jakarta, 4 Juli 2000
LANGIT BIRU
Antrian panjang
Menanti kue jabatan
Mengucur deras keringat jutaan
Mulut lebar berkelakar
Ingin ciptakan hidup hijau
Mereka berkata : " biru dan hijau hidup yang akan kuciptakan "
Tapi begitu dapat kue…….
Mana itu dulu yang akan kau ciptakan?????!!!!
Langit biru, akankah tercipta?
Surabaya, 11 Juli 2000
Antrian panjang
Menanti kue jabatan
Mengucur deras keringat jutaan
Mulut lebar berkelakar
Ingin ciptakan hidup hijau
Mereka berkata : " biru dan hijau hidup yang akan kuciptakan "
Tapi begitu dapat kue…….
Mana itu dulu yang akan kau ciptakan?????!!!!
Langit biru, akankah tercipta?
Surabaya, 11 Juli 2000
TEMAN MINI INDONESIA
Mata sipit
Bukalah ………………..
Pintu hati nurani
jangan di tutup
Aku ingin punya teman negeriku
Biar kepalaku bisa menjadi pemimpin yang baik.
K.M.
Lambelu, 12 Juli 2000
CAT PUTIH AGUSTUS
Kepala badanmu menyuruh tanganku
Tuk cat putih kukuku
Namun sadarkah kita????
Apa itu putih????
Bantimurung, 5 Agustus 2000
Kepala badanmu menyuruh tanganku
Tuk cat putih kukuku
Namun sadarkah kita????
Apa itu putih????
Bantimurung, 5 Agustus 2000
KALA KU TIADA LAGI
Aku akan pergi meninggalkanmu
Kala jemariku tak mampu lagi tuk ungkapkan semua isi hatiku,
bahkan usus dan segenggam khayalanku
Aku akan pergi meninggalkanmu
Kala kata tiada lagi bermakna
Kala mentari telah begitu gelap
Dan aku tak tahu lagi posisiku dimana.
Aku akan pergi meninggalkanmu
Kala semua yang pernah kutanggalkan kupakai dan kuketatkan kembali
Dimana aku kembali menjadi bayi lagi
Dan saat kau ke rumahku
Lalu kau tancapkan bendera putih
Lalu kau pahat nisanku
Kau galikan liangku
Kau taburinya dengan bunga
Dan kau menangis sedang aku tersenyum
Maka aku takkan pergi meninggalkanmu
Karena aku masih berada di setiap puisiku
Kecuali kau tak betah lagi
Kala aku menyanyi, teriak dan diam di rumah imajimu.
Makassar, 2000
?
Biarkan kesedihan menyelimutiku
Dan tangis yang merengekku tuk ingat semua duka dosa
Jika seandainya itu yang terbaik
Maka kan kuasingkan diri ini
Dan hidup di keramaian yang sunyi.
Makassar, 4 Februari 2002
Biarkan kesedihan menyelimutiku
Dan tangis yang merengekku tuk ingat semua duka dosa
Jika seandainya itu yang terbaik
Maka kan kuasingkan diri ini
Dan hidup di keramaian yang sunyi.
Makassar, 4 Februari 2002
MENGINTIP MENTARI
Menatap hampa di ruang tatap muka
Bercermin pada angin yang tak capai bentuk
Tersungging senyuman pada khayal
Berpijak di jiwa menanti mentari
Mengharap ruang tuk cipta bentuk
Tak hanya sebatas ide
Realisasi menanti
Tuk jumpa mentari
Biar rinduku kan katakan….
" rinduku mentari, ah …. Kau itu ….."
Makassar,
5 Juli 2000
ISTANA SANDAL JEPIT
Kami di sini bermimpi lesuh dan lemah
Bertemankan semut dan cicak bukan jerapah
Diiringi oleh indahnya suara nyamuk panuan
Dijaga sekompi serangga cacingan
Istana sandal jepit
Di dalamnya ada taman gawat darurat
Penghuninya sekarat
Tapi kami bukan orang keparat
Makanan kami luka memar
Kami minum air mata duka
Bermandikan keringat ketidak cukupan
Istana kami bukan istana sepatu bermerk
Yang selalu disemir uang kebohongan
Lalu dipakai untuk menginjak kutu busuk
Istana kami beda dengan istana anda
Kamu merasa cukup sedang kami cukup merasa
Kami hidup apa adanya dan kau serba ada
Itulah istana kami, tempatnya orang yang tidak berada
Mamoa/Makassar Februari 2002
Kami di sini bermimpi lesuh dan lemah
Bertemankan semut dan cicak bukan jerapah
Diiringi oleh indahnya suara nyamuk panuan
Dijaga sekompi serangga cacingan
Istana sandal jepit
Di dalamnya ada taman gawat darurat
Penghuninya sekarat
Tapi kami bukan orang keparat
Makanan kami luka memar
Kami minum air mata duka
Bermandikan keringat ketidak cukupan
Istana kami bukan istana sepatu bermerk
Yang selalu disemir uang kebohongan
Lalu dipakai untuk menginjak kutu busuk
Istana kami beda dengan istana anda
Kamu merasa cukup sedang kami cukup merasa
Kami hidup apa adanya dan kau serba ada
Itulah istana kami, tempatnya orang yang tidak berada
Mamoa/Makassar Februari 2002
KUBERONTAK
Pulpen, kertas dan imaji
Tak mampu lagi ku buang seperti inginmu
Sebab kelak itu kan jadi aku
Maka biarkanlah dia mengantarku
Ke tempat tambatkan hati
Pulpen, kertas dan imaji
Acap kali menggodaku
Tuk menari bersama dalam irama apa saja
Maka biarkan dia mengantarku
Karena tak semua kata dapat disampaikan lewat berkata.
Makassar, 23 Juli 2002
DALAM DIAM AKU MENCINTAIMU
Ssssstttttttttt!!!!!!!!
Sssssstttttttt!!!!!!!!
Ssssssstttttttttt!!!!!
Takalar, akhir Desember 2002
Ssssstttttttttt!!!!!!!!
Sssssstttttttt!!!!!!!!
Ssssssstttttttttt!!!!!
Takalar, akhir Desember 2002
ELEGY PENDOSA
Terbujur kaku raganya
Kala jiwa tak lagi sertai dirinya
Lalu menjerit tanpa suara
Bisu tuli menatap buta
Ratapan iba kan hampiri
Setiap isi batin kan haru iba
Tersentak harap yang dulu kembali
Namun masa tiba saatnya
Bersimbah peluh menghadap-Nya
Ketegangan kan warnai setiap tarikan nafasnya
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun
"bertanyalah padaku" katanya
Tentang jiwa yang merah menyala
"Lalu aku kan disambut puluhan nyawa sesal, di pintu neraka
aku menyesal ingin pulang"
Makassar,
22 Agustus 2002
HATIKU CINCINMU
Aku sementara membuat cincin dari hatiku
Kalau Tuhan dan kau setuju
Akan kupakaikan di jari manismu
Makassar, 4 Februari 2003
Aku sementara membuat cincin dari hatiku
Kalau Tuhan dan kau setuju
Akan kupakaikan di jari manismu
Makassar, 4 Februari 2003
ETALASE KACA
Ditatap binar
Di suasana hingar bingar
Di mata berkaca-kaca
Di etalase kaca
Dimimpi-mimpi terharu
Dihuru-hara diharap
Di balik etalase kaca
Dipandang-pandang takut
Di wajah-wajah kecut
Di jiwa-jiwa kecewa
Di balik etalase kaca
Di meja-meja kerja
Dipuja-puja
Disanjung-sanjung
Ditembusnya etalase kaca
Disunyi senyap
Dimimpi-mimpi
Dibeli etalase kaca
Diterbangkan dengan sayap
Dimimpi - mimpi ke mimpi-mimpi
Disulap lalu lenyap
Di ruang hitam pekat
Pangkep,
5 Oktober 2003
SEBUAH PENGAKUAN
Dimana kan ku basuh tangan ini
Dengan segala hitam melumuri
Tanpa sedekah dan tasbih
Dan mulut yang bau ini
Tanpa senyum dan syahadat
Serta mata, telinga dan kaki
Yang dengan sombong bersekutu
Hati ini pun terlumuti
Hingga tak lagi menyinari
Lalu kepada siapa lagi
Air mata ini kan kuteteskan
Dan sedu sedan ini ku tumpahkan
Disepertiga malam ini
Kucoba tuk mengetuk pintu tobat MU
Allah….
Aku ingin seperti bayi lagi
Herlang, Akhir Ramadhan 2005
Dimana kan ku basuh tangan ini
Dengan segala hitam melumuri
Tanpa sedekah dan tasbih
Dan mulut yang bau ini
Tanpa senyum dan syahadat
Serta mata, telinga dan kaki
Yang dengan sombong bersekutu
Hati ini pun terlumuti
Hingga tak lagi menyinari
Lalu kepada siapa lagi
Air mata ini kan kuteteskan
Dan sedu sedan ini ku tumpahkan
Disepertiga malam ini
Kucoba tuk mengetuk pintu tobat MU
Allah….
Aku ingin seperti bayi lagi
Herlang, Akhir Ramadhan 2005
JANGAN TIDUR PULAS
Ini hati tak tidur pulas
Rindu kita ditimang - timang waktu
Tapi tabahmu mengikat hati
Ini hati tak tidur pulas
Ingin segera kupandang air mukamu
Kita pun hanyut di rindu
Ini hati tak tidur pulas
Sebab jarak masih memisah
Sebab resah masih gelisah
Ini hati tak tidur pulas
Meski telah terpaut
Kita harus mendoa
Bontomanai, 28 Mei
2005
INI RINDUKU GILA
Ini rindu menikam-nikamku
Tak kuat lagi ku mengelak
Atau bersembunyi di balik gengsi
Ini rindu menguliti sabarku
Sangat ingin mendekapmu
Ini rindu mencari-cari wangi tubuhmu
Ke sela-sela dedaunan
Ke sepoi-sepoi angin
Ke angan-angan
Ke masa-masa
Ke mana lagi?
Ini rindu semakin gila
Melilit-lilitku
Merengek-rengekku
Aku semakin kaku
Ini rindu semakin mengirisku
Sepertiga malam mengetukku
Membawa dingin dan bisu
Ini rindu membuaiku
Ini buaian rinduku.
Bontomanai, 6 Juni 2005
Ini rindu menikam-nikamku
Tak kuat lagi ku mengelak
Atau bersembunyi di balik gengsi
Ini rindu menguliti sabarku
Sangat ingin mendekapmu
Ini rindu mencari-cari wangi tubuhmu
Ke sela-sela dedaunan
Ke sepoi-sepoi angin
Ke angan-angan
Ke masa-masa
Ke mana lagi?
Ini rindu semakin gila
Melilit-lilitku
Merengek-rengekku
Aku semakin kaku
Ini rindu semakin mengirisku
Sepertiga malam mengetukku
Membawa dingin dan bisu
Ini rindu membuaiku
Ini buaian rinduku.
Bontomanai, 6 Juni 2005
MATA MERINDU
Tidakkah kau lihat wajahku disetiap kedipan matamu?
Aku bergelantungan di sana
Di lentik bulu matamu
Aku berbaring di sana
Di indah alismu
Memandangmu tak jemu-jemu
Sesekali aku mengintip di kelopak matamu
Melihat wajahku di indah bola matamu
Bontomanai, Juni 2005
THE TROUBLE OF SIGNAL
Bagaimana mungkin kau kulepas dari lubuk hatiku
Sementara resah gelisah bangunkan nyenyak tidurku
Saat tak kudengar lembut bisikmu.
Bontomanai,
16 Juni 2005
SAD STORY
Di sini pasir-pasir menamparku
Dan panas mentari menusukku
Angin pun tak mampu belai lembut kulitku
Pantai Bira, 28 Agustus 2005
Di sini pasir-pasir menamparku
Dan panas mentari menusukku
Angin pun tak mampu belai lembut kulitku
Pantai Bira, 28 Agustus 2005
SENYUMAN RAMADHAN
Ku tahu senyumanmu di satu ramadhan adalah harapan
Dan komat kamit indah bibirmu di satu ramadhan adalah tobatmu
Kemarilah ……….
Bersama kita hanyutkan diri di lautan syahadat.
Bontomanai,
1 September 2005
BURN BACK METHOD 1
Something wrong in this country
Every body feels so lonely
Because the government not friendly
Something wrong in this country
Burn back the society
When the cost so highly
Never feel happy
But this is our country
Burn back the society
It is our country
Bontomanai, 18 September 2005
Something wrong in this country
Every body feels so lonely
Because the government not friendly
Something wrong in this country
Burn back the society
When the cost so highly
Never feel happy
But this is our country
Burn back the society
It is our country
Bontomanai, 18 September 2005
BURN BACK METHOD 2
Tak ada lagi yang benar selain merasa benar
Naikkan BBM biar tenar
dan rakyat berteriak meski tak terdengar
Masuklah ke hutan
Tebanglah pohon-pohon
Jadikan kayu bakar
Sebab tak ada lagi yang benar selain merasa benar.
Bontomanai, 18 September 2005
TOK TOK TOK
Masihkah ada kesunyian yang lebih dari ini?
Lolongan anjing, suara jangkrik
Dan lampu-lampu jalan yang tak lagi berfungsi
Di sini semua diri bersemedi
BBM susah dicari
Dan harga-harga yang melambung tinggi
Serta massa rakyat yang menanti kompensasi
Bontomanai, 21 September 2005
Masihkah ada kesunyian yang lebih dari ini?
Lolongan anjing, suara jangkrik
Dan lampu-lampu jalan yang tak lagi berfungsi
Di sini semua diri bersemedi
BBM susah dicari
Dan harga-harga yang melambung tinggi
Serta massa rakyat yang menanti kompensasi
Bontomanai, 21 September 2005
PA'DISENGENG
Ada kekuatan yang mengantar kita
Menembus jarak dan batas fikir
Ada kekuatan yang menuntun kita
Lewati segala yang tak terkira
Ini kekuatan cinta
Lekat melekat di dasar hati
Mengantar dan menuntun kita
Ke tempat yang begitu berartti
Bijawang, 4 April 2006
KEKASIHNYA MATI DALAM PELUKAN
Seakan berlari menjemput maut
Air mata berceceran di lantai
Sejuta kenangan menggenangi fikiran
Dirangkulnya dalam-dalam
Tak lepas-lepas
Dia bisikkan kata :
" Aku masih ingin bersamamu, menantang dunia lewati hari gapai cita cinta "
Tapi sorot mata kekasihnya yang kosong seakan berkata :
"Maafkan aku dik, kini perjalananku telah usai, sebab ajal kan menjemput usia. Tetaplah tersenyum biarlah sejuta kenangan menyelimutiku di pembaringan"
Nafasnya tersendat
Badannya kaku
Semuanya membisu
Kekasihnya mati dalam pelukan
Bontomanai, 20 Januari 2006
Seakan berlari menjemput maut
Air mata berceceran di lantai
Sejuta kenangan menggenangi fikiran
Dirangkulnya dalam-dalam
Tak lepas-lepas
Dia bisikkan kata :
" Aku masih ingin bersamamu, menantang dunia lewati hari gapai cita cinta "
Tapi sorot mata kekasihnya yang kosong seakan berkata :
"Maafkan aku dik, kini perjalananku telah usai, sebab ajal kan menjemput usia. Tetaplah tersenyum biarlah sejuta kenangan menyelimutiku di pembaringan"
Nafasnya tersendat
Badannya kaku
Semuanya membisu
Kekasihnya mati dalam pelukan
Bontomanai, 20 Januari 2006
SAKANKURUSNI
Ya Allah
Kini kubutuh berani
Meski kutau ini doa kan dijabah
Tapi ku mohon ya Allah….
Ada lepasan kata yang harus dan segera terwujud
Bontomanai
8-8-06/19-10-06
RINDU INI
Rindu ini rindu bulan pada bintang
Lewati sekat luas terbentang
Rindu ini rindu api pada air
Menembus segala dan mencair
Kuingin lewati hari bersamamu
Gandeng tanganku tak jemu
Bersama selalu bersama
Satukan hati dengan cinta dan damai
Bontobangun, 2006
Rindu ini rindu bulan pada bintang
Lewati sekat luas terbentang
Rindu ini rindu api pada air
Menembus segala dan mencair
Kuingin lewati hari bersamamu
Gandeng tanganku tak jemu
Bersama selalu bersama
Satukan hati dengan cinta dan damai
Bontobangun, 2006
S E T I A
Dulu ketika aku belum mengenalmu
Aku bermimpi untuk mengenalmu
Setelah aku mengenalmu
Aku bermimpi kau menjadi kekasihku
Setelah kau menjadi kekasihku
Ku bermimpi kau menjadi istriku
Setelah kau menjadi istriku
Ku tak ingin bermimpi apa-apa lagi
Sebab dalam mimpi pun
Ku tak mampu menghianatimu
Islami Center Watampone, 1 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar