*Raja Titipan*
Malam ini aku belum melihatnya
Munkin lari dari tangisan malam
Lari dari sikir bintang-bintang
Bersembinyi dalam selimut kegelapan
Oh Negeri seribu harapan
Negeri akan surga harapan
Tergulung ombak keputus asaan
Akan raja-raja titipan
Tidakkah engkau mendengar
Nyayian jalanan itu.
Nyayian akan nada-nada sumbang penuh pengharapan
yang hancur tersapu gelombang keputus asaan.
Anggur-anggur dari perut tanah kelahiranya,
Engka hisap
Terbakar, Melayang,
Dari gigi-gigi mesin peradaban
Hancur menguap diperut monster besi, dan justru
nyawa-nyawa negerimu mengantri
Langit menangis
Bumi tertawa
Rumput bergoyang
Ombak menari
Alasan kemajuan, justru kemunduran
Alasan kedikjayaan justru kemalaratan
Alasan perubahan justru kehancuran
Alasan kebahagiaa justru tetesan air mata
Oh. Raja-raja titipan
Liatlah pohon yang kau tanam dengan kecerdasanmu
Berbuahkan penderitaan
Dinegeri
cerminan surga
Oh raja-raja titipan
Tidakkah nuranimu bersikir
Akan buah kecerdasanmu
Atau, nuranimu berpesta pora diatas
tulang-tulangnya
Ataukah ….. Nuranimu berpikir
mereka setidaknya memiliki sebatang racung
yang dihisap nikmat
Yang siap membunuh bilik-bilik kehudupannya.
*Bulukumba, 17 Juli
2013*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar