Senin, 10 Desember 2012

Biografi Mahrus Andis


Mahrus Andis adalah nama samaran (nama pena) dari Drs. Andi Mahrus Syarief. Ia lahir di Ponre Kabupaten Bulukumba pada 20 September 1958. Menyelesaikan SMA di tanah kelahirannya, Bulukumba, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Sastra-Kebudayaan UNHAS dan selesai tahun 1984. Setahun ia menjadi asisten dosen kemudian memutuskan untuk kembali ke mengabdi ke kampung halamannya sebagai pamong.
Semasa kuliah ia aktif dalam organisasi kemahasiswaan. 

Kiprahnya di dunia kesenian dimulai pada tahun 1977, mangkal di Dewan Kesenian Makassar hingga 1986. Ia menulis semua genre sastra: puisi, cerpen, naskah drama, esei dan artikel sastra budaya. Karya puisinya telah dibukukan dalam berbagai antologi bersama dengan penyair-penyair Sulsel lainnya.  Aktivitas lainnya ia pernah mengasuh acara budaya di TVRI Stasiun Ujung Pandang dan Serambi Budaya di RRI Nusantara IV Makassar (1982-1984) Sejak 1986 Mahrus menjadi Pamong di Pemda Bulukumba. Berbagai jabatan pernah dipikulnya, mulai dari Kepala Bagian Organisasi, Kepala Bagian Hukum, Camat Ujung Bulu, Anggota DPRD, Kasubdin Sosial pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Linmas.

Lebih dari semua itu ia juga cukup dikenal sebagai Mubaliq kondang di daerahnya. Tapi meski sangat sibuk Mahrus masih terus menulis puisi. Buku kumpulan puisi tunggalnya yang sudah terbit berjudul : “Bulukumbaku Gelombang Berzikir” (Dewan Kesenian Bulukumba, 2001).

KARYA-KARYANYA YANG TERDOKUMENTASI PADA LAMAN INI ANTARA LAIN :

Prosa Kecil Buat Guruku
                                                                                                                    Puisi Mahrus Andis
Kita tebarkan kerinduan antara lekuk-liku perjalanan
Hari ini pun terasa ada sepenggal duka
Menggores di langit angan-angan
Ketika kita menghitung jari-jari waktu
Dan balon-balon kecil berhamburan dari jantungmu :
“Berangkatlah, anakku
Berangkatlah dengan perkasa menuju bukit
Tepiskan segala kabut. Redamkan semua takut
Karena hikmah pengembaraan adalah tasik yang bening
Alangkah setia menunggumu
Di laut pengabdian. Di pantai kemanusiaan
Lihatlah, anakku
Matahari tak pernah letih menyodorkan sinarnya
Bulan dan bintang menawarkan perdamaian
Tuhan yang maha bijak melebarkan sayap dan pikiranmu
Iqra’ bismirabbik !
Bacalah otakmu dan pandanglah ayat-ayat Ilahi
Kayuh perahumu, anakku
Pacu terus ke dasar lautan ilmu
Pasang kemudi syahadat. Laailaha Illahhah
Kibarkan layar Fii Sabilillah
Getarkan temali doa
Utlubul Ilma Minal Mahdi Ilal Lahdi”
Terima kasih, guruku
Jiwamu adalah nafas kehidupan
Kami kenangkan semua itu
Seperti juga kami kenangkan setumpuk teori
Mengganyang di batok kepalamu
Desah parau suaramu menggema di ruang-ruang kelas
Peluhmu mengalir dari jantung
Menetes-netes di papan tulis
Dan kamipun mengangguk-angguk
Lantaran capek dan ngantuk
Maafkan kami, guru
Tak tuntas terjawab jerih-payah pengabdianmu
Dan kebandelan kami. Kebandelan kami, guruku
Hanyalah nuansa perjalanan anak tualang
Hari ini kita bentangkan kembali jari-jari kenangan
Ketika engkau berkisah tentang hari-hari berkabut;
“Tengoklah dunia nyata di sekitarmu,
Anak-anak gembala mendengkur di punggung kerbau
Para remaja melepaskan letih di sudut-sudut kota
Mereka rindukan pendidikan tapi biaya tak pernah mengizinkan
Mereka punya modal yang cukup tapi sukma tak rindu pendidikan
Dunia mereka tersaput gumpalan kabut
Masa depan mereka adalah sunyi yang ngeri
Mereka adalah saudara-saudaramu
Nasibnya pahit. Matanya buram
Dan engkau, anakku
Jangan sia-siakan mendaki dari lembah ke bukit
Karena usia dan kesempatan
Tak akan pernah bersahabat dengan kelalaian
Meskipun air matamu tercurah di perut bunda
Tangismu cumalah duka bumi
Penyesalan yang berkepanjangan”
Terima kasih, guruku
Nafasmu adalah suluh pengembaraan
Kami kenangkan semua itu
Seperti juga hari ini ketiuka engkau melepaskan kami dengan senyum
Matapu pijar memancarkan harapan yang kental
Menyulut api dalam dada
Mengantarkan kami ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Samudra ilmu yang maha dalam
Iqra’ bismirabbik
Terbaca sudah
Cahaya rimba raya belantara-Mu
Bulukumba, 1989
Sumber: 
Antologi Puisi “Bulukumbaku Gelombang Bersinar”, Dewan Kesenian Bulukumba, 2001)



SAJAK PELANTIKAN


Dari mimbar ini
sepenggal orasi terpental
langit-langit ruang bergetar
gemanya menyeruduk ubun-ubun
" Atas nama kesetiaan
  aku melantik engkau
  menjadi seekor bayang-bayang sepi
  dari gairah mimpi-mimpi "
                                                      ( Bulukumba, 2013 )


Bulukumbaku Gelombang Berzikir

Nyalakan api dalam hati
membakar sukma pengabdian
untuk bumi kita
Bulukumba yang hijau
tanah gembur
warisan leluhur
Bangkitkan semangat dalam dada satukan cinta dan harapan kibarkan panji-panji persaudaraan untuk bumi kita Bulukumba yang damai tanah kerinduan yang menghapus darah dan air mata

Hari ini
Kita gemakan kalam abadi
seuntai perjanjian hati nurani

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar

Bulukumbaku
           Gelombang
                     Berzikir


                                                                     Bulukumba, 2002 

ANTARA BIJAWANG DAN GANTARANG

Pernah kupacu perahu kecil ini
menjauh dari pantaimu
Angan-angan pun
gugur satu-satu
ke dalam laut menjadi biru
ke dalam ombak menjadi buih
ke dalam arus
mengalir kembali
ke putih pasirmu
memanggil-manggilku
memanggil-manggilku !
                                                                   ( Blk 1984)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar