Rabu, 05 Desember 2012

Kajang, Kebudayaan yang masih terjaga.

Minggu pagi, tepatnya Minggu 2 Desember 2012 Mahasiswa STIKes Panrita Husada Bulukumba rincinya anak keperawatan yang memilih mata pelajaran Seni mengadakan Penelitian tentang daerah Kajang. ini merupakan suatu perwujudan suatu perhatian akan budaya yang kini mulai menipis. 
di zaman sekarang ini adalah zaman milinium ucap anak gaul jaman ini....heheheheh....
Pada penelitian ini diikuti oleh 42 mahasiswa tingkat satu  dan 4 orang tingkat dua. dan di dampini oleh Ayahanda Agusriadi Maula yang sekaligus sebagai pembina Sanggar Seni "Panrita". 

adapun tujuan penelitian kali ini  untuk mengenal budaya daerah saat ini yang mulai terkikis. singkat saja, Kajang yang terkenal akan kekentalan budaya tradisional yang masih terjaga khususnya di Sulawesi-Selatan paling selatan khususnya Bulukumba. Daerah yang terkenal akan pakaian serba hitam ini dan memakai "passapu" (ikat kepala) dan tidak memakai alas kaki ini memiliki suatu kebudayaan yang berciri khas dan terjaga dengan baik. Masyarakat suku Kajang ini berbahasa "Konjo" dimana memiliki kesamaan dengan bahasa Makassar. pemimpin di suku ini di Sebut "Amma' Toa" (yang artinya bapak tertua) dan daerah itu sendiri dinamakan "Tanah Toa" yang berarti Tanah yang tua. wilayah ini memiliki ciri khas yang tidak ada samanya di dunia ini, dimana pada saat masuk diwajibkan memakai pakaian serba hitam, dan tidak memakai alas kaki. selain itu masih banyak pantangan-pantangan yang lainya. Selain itu daerah Amma' Toa ini memiliki 4 gerbang masuk, atau di sebut eppa' sulapa. Lebih detailnya pemilihan Amma' Toa (sebutan untuk seseorang yang di anggap raja) sangatlah berat, menurut juru bahasa Amma' Toa bahwa untuk menjadi seorang ammatoa  "nisse' mittoppi  kabattuanna tauwwa mange' rilino saggenna konni-konni" (artinya harus mengetahui asal usul manusia sampai sekarang). Tapi menurut pngakuan Amma Toa' sendiri bahwa  " anakku rie' mmo kuliah ri makassara" (Artinya : Anak saya ada yang sudah kuliah di makassar, yakni UNISMU). ini meruupakan bukti bahwa pendidikan saat ini adalah suatu hal yang perlu diutamakan meskipun ketradisional suatu budaya tergores oleh tajamnya silet zaman.

di dalam kawasan ini, aktifitas masyarakat masih terjaga akan aturan dan ketradisionalannya. dimana masih menggunakan peralatan tradisional, contohnya saja memasak memakai tungku kayu, dan tidak memakai kompor gas dan minyak yang saat ini ramai dibicarakan kontrofersialnya. selain itu masih menggunakan pakaian yang ditenun sendiri  yang memiliki ciri khas yakni hitam. 

Menurut sumber dari masyarakat Tanah Toa.
bahwa kenapa penduduk di daerah ini tetap mempertahankan budaya leluhur mereka   "punna tau'  sulu'  na nakaluppai ada'nna, garringgi tao' mate'i" (artinya : karena biasa orang-orang yang keluar dan melupakan adat dan leluhur mereka, biasanya mereka akan sakit dan bahkan akan meningggal dunia), ini merupakan suatu kepercayaan spiritual yang sangat di luar nalar dan mereka pegang teguh sampai saat ini.
dan memiliki perkampungan yang sangat tradisional dimana belum tersentu akan nikmatnya listrik, bukan karena pemerintah tidak memperhatikanya, karena mereka mempertahankan peraturan adatnya.

ghbhghggg




Foto-foto anak tingkat 1 dan Sanggar Seni "Panrita"

 

























Bagi sahabat-sahabat yang belum masuk fotonya hub 085-213-907-828  dan 089-617-556-311 atau datang langsung ke sekretariat Sanggar Seni Panrita Jl Pahlawan, Depan Lapas Kab. Bulukumba .....
Makasi, Salam Sukses....
Sanggar Seni Panrita.....Kreasi Tanpa Batas

 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar